Bagi teman-teman yang ingin menyumbang tulisan, kirim ke Email : mahasiswakatolikpapua@gmail.com
Home » » KAUM MUDA BERTANYA

KAUM MUDA BERTANYA

Written By Forum Komunikasi Pelajar dan Mahasiswa Katolik Papua Daerah Istimewa Yogyakarta on Senin, Mei 20, 2013 | Senin, Mei 20, 2013

Sebuah Renungan
Sudah Siapkah Aku Berpacaran?

 Apa berpacaran itu?

Kemungkinan besar, kamu tidak kesulitan menjawab pertanyaan yang pertama. Tetapi, kamu mungkin perlu berpikir dulu sebelum menjawab pertanyaan kedua dan ketiga. Apa tepatnya berpacaran itu?

Sebenarnya, berpacaran adalah kegiatan antarteman apa pun di mana minat romantismu terfokus pada satu orang dan minat orang itu terfokus padamu.
Jadi, jawaban untuk ketiga pertanyaan di atas adalah ya. Entah lewat telepon atau bertemu langsung, terang-terangan atau diam-diam, jika kamu dan teman lawan jenis saling memiliki perasaan romantis dan rutin berkomunikasi, itu berpacaran.


 Apa tujuan berpacaran?

Berpacaran hendaknya punya tujuan yang terhormat—membantu pria dan wanita muda menentukan apakah mereka ingin menikahi satu sama lain.
Memang, sebagian temanmu mungkin tidak menganggap berpacaran itu serius. Barangkali mereka hanya suka punya teman lawan jenis yang spesial, tanpa berniat menikah. Ada yang mungkin bahkan menganggap teman seperti itu hanya sebagai piala atau aksesori untuk dilihat orang demi menaikkan harga diri mereka.

Tetapi, hubungan yang dangkal seperti itu sering kali hanya seumur jagung. ”Banyak anak muda berpacaran satu atau dua minggu saja lalu putus,” kata gadis bernama Heather. ”Mereka menganggap hubungan seperti itu sementara saja—boleh dibilang mempersiapkan mereka untuk bercerai, bukannya untuk menikah.”

Jelaslah, sewaktu kamu berpacaran dengan seseorang, kamu memengaruhi perasaan orang itu. Jadi, pastikan niatmu terhormat.—Lukas 6:31.

Kalau kamu berpacaran tanpa berniat menikah, kamu bertingkah seperti anak kecil yang bermain dengan mainan baru lalu membuangnya

Pikirkan: Apakah kamu mau ada orang yang mempermainkan perasaanmu seolah-olah itu mainan anak-anak—dipegang sebentar lalu tak lama kemudian ditinggal begitu saja? Kalau begitu, jangan lakukan itu kepada orang lain! Alkitab berkata bahwa kasih ”tidak berlaku tidak sopan”.—1 Korintus 13:4, 5.
Anak muda bernama Chelsea berujar, ”Kadang aku pikir pacaran itu hanya untuk main-main, tapi kalau satu pihak kemudian menganggapnya serius, itu bukan main-main lagi namanya.”

Tips: Guna mempersiapkan diri untuk berpacaran dan menikah, baca 2 Petrus 1:5-7 dan pilih satu sifat yang perlu kamu upayakan. Dalam sebulan, lihat berapa banyak kamu belajar tentang—dan mengembangkan—sifat itu.
 Apa aku sudah cukup umur untuk berpacaran?
  • Menurutmu, berapa usia yang cocok bagi seorang anak muda untuk mulai berpacaran?
  • Sekarang, ajukan pertanyaan itu kepada ayah atau ibumu.
Kemungkinan, jawabanmu berbeda dengan orang tuamu. Atau, barangkali tidak! Kamu mungkin termasuk di antara banyak anak muda yang dengan bijaksana menunda berpacaran sampai cukup dewasa untuk mengenal diri sendiri dengan lebih baik.

Itulah yang diputuskan Danielle, 17 tahun. Ia berkata, ”Kalau aku ingat dua tahun yang lalu, apa yang aku anggap syarat penting untuk calon suami kini menjadi sangat berbeda. Sebenarnya, sekarang pun aku tidak yakin pada diriku sendiri. Kalau aku sudah merasa kepribadianku stabil selama beberapa tahun, baru aku akan memikirkan soal berpacaran.”

Ada alasan lain mengapa menunda itu bijaksana. Alkitab menggunakan frasa ”mekarnya masa remaja” untuk menggambarkan periode kehidupan ketika dorongan seksual dan perasaan romantis mulai menguat. (1 Korintus 7:36) Terus bergaul akrab dengan satu lawan jenis saat kamu masih dalam fase ini bisa mengobarkan hasratmu dan berujung pada perbuatan salah.

Memang, itu mungkin sepele bagi teman-temanmu. Banyak di antara mereka mungkin tidak sabar untuk bereksperimen dengan seks. Tetapi, kamu bisa—kamu mesti—punya cara berpikir yang lebih baik! (Roma 12:2) Lagi pula, Alkitab mendesakmu untuk ’lari dari percabulan’. (1 Korintus 6:18) Dengan menunggu sampai melewati mekarnya masa remaja, kamu dapat ’menjauhkan malapetaka’.—Pengkhotbah 11:10.

 Mengapa menunda berpacaran?

Ditekan untuk berpacaran padahal kamu belum siap sama seperti dipaksa ikut ujian akhir suatu mata pelajaran yang belum kamu pelajari. Jelas, itu tidak adil! Kamu perlu waktu untuk mempelajari mata pelajaran itu agar terbiasa dengan jenis-jenis soal yang akan keluar di ujian. Begitu juga dengan berpacaran. 
Berpacaran bukan soal sepele. Jadi, sebelum kamu siap untuk berfokus pada seseorang, kamu perlu waktu untuk mempelajari ”mata pelajaran” yang sangat penting—cara menjalin persahabatan.
Di kemudian hari, sewaktu bertemu orang yang tepat, kamu sudah lebih siap untuk menjalin hubungan yang solid. Lagi pula, pernikahan yang sukses adalah ikatan dari dua sahabat.

Menunda berpacaran tidak akan mengurangi kebebasanmu. Sebaliknya, itu akan memberimu lebih banyak kebebasan untuk ’bersukacita pada masa mudamu’. (Pengkhotbah 11:9) Dan, kamu juga akan punya waktu untuk mempersiapkan diri dengan mengembangkan kepribadianmu dan, yang terpenting, kerohanianmu.—Ratapan 3:27.

Sementara itu, kamu bisa menikmati pergaulan dengan lawan jenis. Apa cara yang terbaik? Bergaullah dalam kelompok, laki-laki dan perempuan, dengan pengawasan yang baik. Gadis bernama Tammy mengatakan, ”Menurutku lebih asyik begini. Lebih enak kalau kita punya banyak teman.” Monica sependapat. ”Bergaul bersama-sama adalah ide yang bagus,” ujarnya, ”karena kita bisa bergaul dengan orang-orang yang punya beragam kepribadian.”

Sebaliknya, jika kamu terlalu dini berfokus pada satu orang, kamu lebih berisiko sakit hati. Jadi, jangan terburu-buru. Gunakan masa mudamu untuk belajar caranya memupuk dan mempertahankan persahabatan. Kelak, jika memutuskan untuk berpacaran, kamu sudah lebih mengenal dirimu dan apa yang kamu butuhkan dari seorang teman seumur hidup.

Oleh Sevianus Urwan, Mahasiswa Papua Tinggal di Yogyakarta