Bagi teman-teman yang ingin menyumbang tulisan, kirim ke Email : mahasiswakatolikpapua@gmail.com
Home » » Karya Jesuit Di (untuk) Papua, Nabire

Karya Jesuit Di (untuk) Papua, Nabire

Written By Forum Komunikasi Pelajar dan Mahasiswa Katolik Papua Daerah Istimewa Yogyakarta on Jumat, Januari 25, 2013 | Jumat, Januari 25, 2013



Oleh: Hery Tebai

Serikat Jesus (Jesuit) telah pernah berkarya di Papua beberapa tahun silam , yaitu pada 1896. Dahulu karyanya pelayanannya dipusatkan Kokonao. Bentuk karya pelayanannya adalah penyebaran Agama dan Firman Tuhan seta pengobatan kepada orang-orang sakit.

Pastor Jesuit yang pernah berkarya di Kokonao itu adalah Cornelis Yohan Le Cocq d'Armandville. Pastor berkebangsaan Belanda ini tewas ditelanombak di Kokonao. Namun karya pelayanannya tetap dikenag sepanjang masa.

Untuk mengenang jasa sang Jago Tuhan yang menjadi martir di Papua itu, yayasan Tilemans membuka sebuah SMP dan diberi nama Le Cocq d’Armanville. Ada juga sebuah SMA milik yayasan Tilemans yang dikelola oleh Jesuit, SMA ini bernama Adhi Luhur. Namun karena dikelola oleh para Jesuit, Jesuit menambahkan nama sekolah yang berciri khas mereka yaitu SMA Adhi Luhur Kolese Lecocq d’Armandville. Dua nama sekolah ini diberikan untuk menghomati jasa pater Le Cocq dan agar karya pelayanannya yang silam terus dikenang oleh orang Papua.


Jauh setelah itu, tahun 2000, Jesuit di perkenan untuk kembali berkarya melayani umat Tuhan di Papua. Pelayanan kali ini dipusatkan pada pengkaderan pemimpin di Papua, khususnya di Nabire, melalui pendidikan. Setelah mempertimbangkan bebagai faktor, Jesuit akhirnya menetapkan untuk mendidika anak-anak Papua, khsusnya di Nabire, yaitu SMA Adhi Luhur.

Karya Di SMA Adhi Luhur

Di SMA Adhi Luhur, para Jesuit menerapkan sistem pendidikan beraserama. Sistem pendidikan beraserama ini hanya berlaku bagi mereka yang tidak memiliki tempat tinggal yang jaraknya dekat dengan sekolah, itupun jika para siswa berminat. Untuk para siswa yang memiliki tepat tinggal berdekatan dengan sekolah dan berada di sekitar kota tidak diperkenankan untuk tinggal di aserama.

Aserama terbagi menajadi dua, asrerama puteri dan aserama putera. Dalam kehidupan beraserama, diterpkan sistem hidup yang humanis dan dinamis. Artinya di aserama, para siswa didik untuk menjadi manusia bagi sesamanya dengan memaknai nilai-nilai kehidupan yang telah ditanamkan dari sekolah. Sedangkan donamis artinya, dalam kehidupan beraserama para siswa didik untuk hidup mandiri dan dapat berkarya.

Oleh karena itulah, disediakanlah ternak dan lahan perkebunan untuk dikelolah oleh para siswa. Diharapkan setelah menyelesaikan pendidikan dan pindah tempat tinggal para siswa akan mampu hidup mandiri dan dinamis dalam lingkungan tempat tinggalnya.

Sedangkan di sekolah, melalui sistem pendidikan yang dirancang oleh sekolah para Jesuit berupaya menanamkan nilai-nilai humanis dan  kemandirian itu, misalnya dengan membuat kegiatan-kegiatan sekolah yang peduli akan keadaan lingkungan, kehidupan manusia, dan beberapa yang ada keterkaitannya secara langsung dengan kehidupan manusia secara langsung. Contoh kegiatan-kegiatan itu adalah Festival Budaya, Open House, rekoleksi, Latihan Kepemimpinan Ignasian (LKI) dan beberapa lagi.

Selain mendidik para penerus bangsa, para Jesuit juga melayani umat di gereja. Keuskupan Timika memberi kepercayaan untuk melayani umat di gereja Kristus Sahabat Kita (KSK) Nabire.

Pelayanan lain yang didiberikan keuskupan Timika dan beberapa keuskupan lainnya yang ada di Papua adalah mendidika kaum muda yang siap menjadi imam. Dalam hal ini, ada dua pendidkan yang dilakukan oleh Jesuit.

Pertama, Jesuit mendidik para lulusan SMA yang ingin dan siap menjadi imam bagi keuskupan Timika. Artinya, para keuskupan Timika memberika kepercayaan kepada para Jesuit untuk menyiapkan para tamatan SMA yang ingin dan siap menjadi imam. Pendidikan tingkatan ini disebut pendidikan KPA(Kelas Persiapan Atas)

Kedua, setelah mengikuti pendidikan KPA dan beberapa pendidikan lainnya yang terkait, para calon imam itu diarahkan untuk mengikuti TOR (Tahun Orientasi Rohani). Untuk tingkat pendidikan TOR dari pulau Papua, enam keuskupan di Papua memberi mandate kepada Jesuit untuk mendidik para lulusan KPA yang telah menjadi Frater itu. Untuk pendidikan tingkat TOR ini bukan hanya diikuti oleh mereka yang telah tamat dari KPA saja tetapi merka yang sebelumnya tidak mengikuti pendidikan TOR dan lanjut kuliah di bidang filsafat, biasanya dimandatkan utnuk kembali mengikuti pendidikan TOR di Nabire. 

Buah Karya Jesuit Di Nabire

Semenejak Jesuit hadir di Papua pada tahun 2000, nama kabupaten tetap diharumkan melalui olimpiade-olimpiade tingkat lokal dan Nasional. Itu adalah karya nyata yang nampak dalam dunia pendidikan Nabire.

Namun Jesuit juga mengharumkan nama nama Nabire melalui hubungan komunikasi dan kerja samanya dengan beberapa sekolah Jesuit lainnya di dalam negeri dan di luar yang tingkatannya sekolah-sekolah internasional. Sebut saja SMK Pika, SMA Loyola, da nada beberapa sekolah Jesuit lainnya yang menjadi rekan komunikasi dan kerja sama. Satu hal yang membanggakan, semua murida dari sekolah-sekolah Jesuit yang ada di Indonesia mengetahui nama Nabire. Di Nabire itu ada kolese Le Cocq d’Armandville, Nabire itu ada di Papua, itu mereka tau.

Pendidikan TOR yang bertempat di Nabire juga turut mengharumkan nama kota tersebut. Beberapa uskup sering berkunjung ke Nabire untuk mengunjungi para fraternya yang sedang didik di Nabire. Oleh karena itu pula, nama Nabire biasa diserukan di kalangan umat katolik. Artinya, nama Nabire turut diharumkan oleh para Jesuit.

Penulis: Mahasiswa Papua, Tinggal di Yogyakarta