Yogyakarta --- Forum Komunikasi Pelajar dan
Mahasiswa Katolik Papua (FKPMKP) mengadakan diskusi lanjutan sebelum, sekaligus penutupan doa
Rosario, di Asrama Paniai, Kamis (30/05), pukul 19.00- WIB hingga selesai. Diskusi
ini, dihadiri oleh Mahasiswa Katolik Papua, yang tinggal di Yogyakarta.
“Filsafat Manusia” itulah topik yang didiskusikan, diskusi ini
sering dilakukan secara rutinitas. Tujuan diskusi ini adalah untuk mengenal St.
Thomas Aquinas karena ia merupakan pelingdung dari Forum Komunikasi Pelajar dan
Mahasiswa Katolik Papua. Kata Isak bofra pemandu diskusi.
Lanjutnya, kita harus memahami dasar
pemikiran dan semangatnya yang bisa menjadi landasan kebersamaan untuk
membangun akal dan jiwa kami karena itu satu dan sejalan untuk menangapi hidup
ini. St. Thomas Aquinas menekankan bahwa manusia adalah suatu kesatuan yang
berdiri dari jiwa dan badan. Sesuatu yang bisa menjadi batu pijakan mengasah
akal dan pikiran adalah budaya karena budaya merupakan tatanan hidup yang sudah
dahulu.
Menurut
Hery Tebai, kita harus kembali ke kebudayaan. Terus berproteksi dalam tindakan
agar kebenaran datap terealisasi dalam kehidupan. “budaya
perlu untuk setiap mahasiswa, akal dan jiwa dibentuk oleh Budaya. Karena Budaya
mengandung nilai-nilai baik dalam bertindak”.
Lanjutnya,
Agus Dogomo sependapat dengan pendapat
Hery. Dan Ia menambahkan bahwa “Dalam mengungkapkan sesuatu kata, kita perlu
perenungan “dimi akawai awii = jadikan pikiran sebagai kakak. Filosofi suku Mee. Papua”. Jika saya
bicara kata ini perlu dipikirkan dari masa lalu dan masa depan dengan perkataan
itu”
Lanjutnya,
lebih baik membunuh seseorang, dari pada menghancurkan kebudayaan Dan itu dipakai oleh negara-negara penjajah,
dalam menghancurkan tatanan hidup suatu suku atau bangsa jajahan. Jika penghancuran
kebudayaan berhasil berarti, korban dari
krisis kebudayaan akan punah, karena tidak dapat bersaing dalam mempertahankan
kebiasaan-kebiasaan baik di masa akan datang.
Diskusi
sangat penting ditingkatan mahasiswa dengan latar belakang pendidikan dan
jurusan yang berbeda-beda akan sangat menarik dan luar biasa dalam melihat
sesuatu permasalahan, karena melalui diskusi kita saling mengenal dan saling
melengkapi dalam menghadapi suatu permasalan, dalam proteksi tidakan kedepan,
dengan berpatokan pada kebiasaan-kebiasaan masa lalu. Hal ini dipertegas Agus, Passo Marei dan Isak Bofra
dalam menutup diskusi. Wado Goo