Bagi teman-teman yang ingin menyumbang tulisan, kirim ke Email : mahasiswakatolikpapua@gmail.com
Home » » Ke-Papua-an Perlu Bangun di Kalangan Mahasiswa Papua

Ke-Papua-an Perlu Bangun di Kalangan Mahasiswa Papua

Written By Forum Komunikasi Pelajar dan Mahasiswa Katolik Papua Daerah Istimewa Yogyakarta on Selasa, April 23, 2013 | Selasa, April 23, 2013



Ilustrasi foto Mahasiswa Papua. Bisnis-Jabar.com

Yogyakarta,Bicara soal status politik Papua tak terlepas dari rentetan sejarah yang terjadi pada beberapa tahun silam. Kekerasan tak henti-hentinya terjadi setelah Papua dianeksasi pada tahun 1963 melalui New York Agreement yang penuh dengan rekayasa. Situasi ini mengundang mahasiswa harus berada di barisan terdepan dan berbicara soal hak-hak masyarakat Papua, inilah yang dinamakan mahasiswa sebagai agen perubah agent of change. Tutur Agus Dogomo membuka diskusi.


Setelah kita mengatahui status politik Papua. Ke-Papua-an apa yang harus kita bangun di tingkat Mahasiswa Papua? Tanya Dogomo dalam diskusi yang digelar oleh Forum Komunikasi Pelajar dan Mahasiswa Katolik Papua (FKPMKP) dengan topik Merekonstruksi Kepapuan di Tingkat Mahasiswa Papua  di Hall Kampus Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa Yogyakarta (STPMD), Minggu (21/04/2013).

Semua persoalan itu muncul karena status politik Papua khususnya  sejarah Papua yang hingga kini belum diluruskan. Sebenarnya kita sediri bertanya kepada diri kita, saya ini siapa? Saya ini dari mana? Dengan ini bisa membangun rasa memiliki terhadap Papua. berdasarkan pergulatan hidup diri sendiri. Kita harus kembali kepada diri masing-masing dan kesadaran individu. Kata Damianus Goo

Hal itu dipertegas lagi oleh Albert You, Saya hanya mempertegas bahwa rasa memiliki Papua di kalangan mahasiswa Papua  belum nampak, yang terlihat sementara ini hanya memikirkan kedaerahan ketimbang Papua secara utuh. Merangkul banyak orang masuk dalam suatu kelompok sangat sulit disini harus ada orang yang menjadi motor pengerak.

Mahasiswa Papua harus memiliki jiwa nasionalisme, harus sadar bahwa saya berasal dari Papua. tanah dan status politiknya belum terselesaikan hingga kini. Ini tanggung jawab besar yang ada di pundak mahasiswa.  Suatu ujian dan tanggung jawab terbesar yang ada pada kita sebagai mahasiswa Papua, kalau kita sudah memunyai rasa memiliki Papua maka di sini kita membangun jiwa perlawanan. Begitu pula, ketika ada Nasionalisme Papua maka saat itulah kita membangun pastritiotisme dalam diri kita. Tutur Andi Pigai yang bahasanya diperkuat oleh Benediktus Degei. 

Marianus Tigori berpendapat, membangun ke-Papua-an ditingkat mahasiswa berarti kita harus melakukan metode pendekatan individu, kekeluargaan, Pendekatan perorangan, untuk menceritakan tentang sejarah bangsa Papua. Memang sulit, namun jika kita bisa lakukan ini terus menerus, lambat laun akan berhasil karena secara tidak sadar nasionalisme itu akan tertanam dan bertumbuh dengan sendirinya dalam diri setiap orang Papua.

Pemahaman setiap individu terhadap suatu persoalan berbeda-beda, ada orang membaca buku, ada pula melalui diskusi-diskusi sehingga perlunya pengkaderisasian dan memberi pemahaman melalui diskusi-diskusi sehingga dalam perjuangan ini dan betul-betul berjuang secara totalitas.

Mengunakan budaya kasih seperti Yesus dan rela berkorban yang IA lakukan menjadi kunci dalam menyelamatkan bangsa Papua dari segala konflik multidimensi yang ada saat ini. Cetus Heri Tebai

Mahasiswa sering disebut agen perubah. Membangun ke-Papua-an di tingkat mahasiswa Papua adalah kekuatan yang perlu dan terus dibangun. Membaca buku, berdiskusi, manulis serta memandang seluruh orang Papua adalah saudara merupakan kunci untuk melawan permasalahan yang ada saat ini. Ko dari Pante k, ko dari gunung k, kita adalah satu. Kita Papua. (Yakobus Dogomo/ Ado.dt MS)
Editor : Mateus Ch. Auwe