Yogyakarta, Malam Keakraban ke-III Forum
Komunikasi Pelajar dan Mahasiswa Katolik Papua, Sabtu dan Minggu (14 –15/09/2013), di Desa Kebangsaan- Imogiri, yang diikuti puluhan anggota peserta dan
panitia berjalan lancar.
Malam Keakraban Forum Komunikasi Pelajar dan Mahasiswa Katolik Papua Daerah Istimewa Yogyakarta mengangkat Thema umum "Menata diri Membangun Papua"
Dengan
menggunakan bus dan beberapa sepeda
motor siang itu, akhirnya mereka tiba di tempat pelaksanaan Makrab-III, di Desa
Kebangsaan-Imogiri.
Segera
mereka meregristasi identitas seperlunya dan mendapatkan kartu tanda peserta
maupun panitia. Kemudian pengacara Makrab, Isak Bofrak dan Ley Hay sedikit memberikan game perkenalan seru, sebagai perkenalan awal.
Selanjutnnya,
Agus Dogomo mantan ketua FKPMKP memberikan penjelasan juga membawahkan materi
pengenalan Organisasi, lebih pada Forum Komunikasi Pelajar Mahasiswa Katolik
Papua. Ia menjelaskan sejarah awal pembentukan organisasi, jatuh bangun organisasi, tata cara organisasi
dan akhirnya menaruh harapan besar kepada semua anggota FKPMKP dan juga
anak-anak Papua umumnya, untuk bekerja menegakkan keadilan dan kebenaran sejati
di Papua “Bekerja untuk menegakan keadilan dan kebenaran sejati di Papua,
karena Papua membutuhkan kami anak-anak Papua”.
Setelah
makan malam, Yulita Mate senior FKPMKP juga membawah materi dengan judul
“emansipasi perempuan Papua”. Tanya jawab antar peserta, sebagai strategi
pendalaman materi berhasil mengena. Selanjutnya pemateri menjelaskan secara real
sesuai dengan materi yang dibawahkan. Menurut pemateri, emansipasi perempuan
Papua dapat dilihat dari beberapa faktor, yaitu; sosial, budaya, lingkungan dan
perkawinan. Berbahayalah, jika perempuan Papua tidak mengerti dan tidak sadar akan diri kita sendiri
(perempuan).
Walapun
malam berlarut, tidak memadamkan semangat peserta untuk menerima materi,
akhirnya rasa lelah dan kantuk benar-benar datang juga setelahnya. Frater Marko
Pekei, mahasiswa UGM membawahkan meteri “Resolusi Konflik Papua”. Secara garis
besar, untuk menganalisis konflik Papua dijelaskan dengan menggunakan Pohon Konflik sebagai alat analisis,
pemateri juga menyertakan renungan sebagai refleksi atas penjelasan materi yang
dibawahkan.
Menurut
Marko, “masih banyak orang Papua yang tidak menempatkan diri bagi sesama,
mengkritisi sesuatu sementara Ia tidak lagi berbuat apa yang telah dikritisi
juga masih banyak orang Papua yang belum kenal penyelesaian konflik”. Sehingga
Ia mengharapkan orang Papua agar menjadi perubahan dan terang bagi sesamanya.
Keesokan
harinya, setelah mengalami penundaan karena kesalahan teknis. Hery Tebai
membawahkan satu refleksi perdebatan mengigit antara pro dan kontra “penjajah
dan terjajah” di dua kubu berbeda. Setelah menyaksikan film sejarah perjuangan
Mahamad Gandhi. Kemudian dengan konsep yang sama di bawah ke dalam konteks
Papua.
Kemudian
pada akhir rangkaian acara Makrab, perwakilan peserta Makrab memberikan kesan
dan pesan. Selanjutnya acara makrab ditutup secara simbolik setelah
pembukaan sebelumnya dibuka juga secara
simbolik.
Makrab
yang terlaksana selama dua hari ini sangat terkesan “Dengan Makrab ini saya
sangat senang, karena bisa bertemu dengan teman-teman baru yang belum saya
kenal”. Tutur Cory dan Frans, peserta
Makrab, senada.
Lanjut,
Frans, yang mengharapkan Panitia Makrab di tahun yang akan depan harus lebih
baik lagi di tahun ini, “Panitia Makrab harus menunjukan sikap tegas, dan
semoga kedepannya lebih baik lagi”. Katanya. Wado