Oleh: Hery Tebai *)
Menulis. Kata ini tentu tidak asing
bagi siapapun. Setiap bahasa daerah tentu mengenal kata tulis, walaupun
kenyatannya budaya menulis tidak dikenal pada beberapa suku bangsa.
Sejak awal masuk jenjang pendidikan,
menulis pasti diajarkan. Selain menghitung dan membaca, menulis pasti ajarkan.
Menulis adalah salah satu kegiatan utama dalam belajar.
Manusia tanpa pengalaman adalah sebuah
kebutaan. Manusia tanpa menulis adalah sebuah kebodohan. Oleh karena itu,
menulislah untuk mengalahkan sebuah kebutaan.
Intinya, menulis untuk mengalahkan kebutaan. Pesan
untuk banyak orang apat diakali dengan menulis. Orang yang tidak mampu
berbicara dapat memberi tahu maksud dari pikirannya melalui menulis. Agar pesan
tersampaikan.
Orang buta tanpa pemandu adalah sebuah
bencana awal, proses, hingga akhir tujuan perjalanannya. Menulis tanpa panduan
yang benar adalah kebutaan awal, proses, hingga akhir penulisan. Panduan adalah
alat utama penulisan.
Panduan penulisan yang dimaksud di sini
bukanlah format-format penulisan. Tetapi panduan lebih mendasar, yaitu logika
berpikir, emosi, perasaan yang ingin disampaikan hingga bentuk (ke)jiwa(an)
penulisan yang ingin dibuat.
Ibarat manusia tanpa jiwa adalah
manusia tak manusiawi, penulisan pun demikian. Tulisan tanpa jiwa adalah sebuah
coretan belaka. Jiwa penulisan adalah gabungan dari perasaan, emosi, dan logika
berpikir yang tertera dalam tulisan.
Dalam tulisan singkat ini ingin
disampaikan bahwa menulis adalah salah satu seni. Bagiku, menulis adalah
bernyanyi. Jika sebuah lagu dinyanyikan dengan baik pasti pendengarnya akan
senang mendengarnya.
Tetapi baik atau tidaknya sebuah lagu
tentunya tergantung dari irama musik, nada nyanyian, ketepatan irama, syair
lagu hingga ekspresi wajah. Lihat West Life atau grup ben
lainnya, mereka dikatakan hebat karena memnuhi panduan tersebut. Sehingga
mereka dikatakan top.
Demikian halnya menulis, jika menulis
dilakukan dengan baik pasti pembaca akan senang membacanya. Walaupun
penulisannya panjang, pasti pembacanya senang membacanya hingga selesai. Untuk
itu perlu disiasati panduan penulisan untuk tulisanmu!
Panduan penulisan itulah yang akan
dikatakan jiwa dari tulisan. Bagiku, jiwa tulisanku adalah kasih. Sehingga
semua tulisan yang kutulis aku taburi semua penglaman hidup, pengtahuan, hingga
religi tetapi tidak lepas dari syair lagu. Beberapa penulisan, logika berpikir,
emosi bahasa, hingga jiwa penulisan saya buat seperti alur lagu.
Tulisan inipun dibuat seperti syair
lagu. Jika dicermati dengan baik, alurnya seperti alur syair lagu. Jadi
kegiatan menulis tidak terlepas dari kegiatan bernyanyi. Saya bukan seorang
penyanyi tetapi kenyataanya tulisan ini seperti sebuah syair yang dinyanyikan
saat dibaca.
Penulis, Mahasiswa Universitas Sanata
Dharma Daerah Istimewa Yogayakarta